Galeri

BERANIKAH WAHABI TAKFIRI BERTINDAK ANARKHIS DAN GAGALKAN PERAYAAN EIDUL GHADIR ?

Laskar Mujahidin akan pimpin Wahabi Takfiri dan Kelompok Takfir Lintas Mazhab bubarkan acara Eidul Ghadir 26 Oktober 2013

Laskar Mujahidin akan pimpin umat Islam bubarkan acara Syiah Idul Ghadir esok

 
KEPADA UMAT ISLAM INDONESIA BERHATI-HATI, WASPADA, DAN KENALILAH AKAN GERAKAN WAHABI TAKFIRI MEREKA BAGAIKAN VIRUS YANG MENGINFEKSI JANTUNG UMAT DAN MENULARKANNYA KE LINTAS MAZHAB DAN KE SEMUA LINI BAHWA BUDAYA PENGKAFIRAN DAN KLAIM KEBENARAN SEPIHAK ADALAH MENJADI CIRI DAN JARGON GERAKANNYA. WAHABI TAKFIRI AKAN TERUS MERONGRONG KENYAMANAN, KETENTRAMAN, DAN KEUTUHAN KITA SEBAGAI SEBUAH BANGSA…MARILAH KITA RAPATKAN BARISAN MELAWAN SETIAP KELOMPOK EKSTRIM YANG MERUSAK…BERSATU KITA TEGUH BERCERAI KITA RUNTUH …..ALLAHU AKBAR !!!

Ayatullah Emami Kashani dalam khutbah Jum’atnya di Teheran menyatakan, orang-orang Salafi terbagi menjadi beberapa kelompok; sebagian mengkafirkan umat Islam lainnya dan sebagian tidak, namun mereka tetap menebarkan perpecahan.

Mengenai meluasnya paham Salafi di Arab Saudi, Khatib Shalat Jumat Tehran mengatakan, “Pada abad ketujuh hijriyah, Salafisme mencapai puncaknya di masa Ibnu Taimiyyah dan kemudian meluas di berbagai negara termasuk Mesir, namun Salafisme tidak berkembang di sana.”

“Ibnu Abdul Wahhab menyebarkan Salafisme di Arab Saudi dan sejak itu pembahasan pengkafiran dimulai,” ujarnya.

Ayatullah Makarim Shirazi:
Wahabi Tidak akan Mencapai Targetnya Memecah Belah Kaum Muslimin

Tujuan mereka adalah merusak persatuan kaum muslimin dengan menyebar kebencian dan permusuhan terhadap sesama muslim. Yakinlah, apa yang mereka lakukan tidak akan memberi pengaruh apa-apa. Bahkan para penguasa Arab Saudi harus tahu, bahwa jika apa yang Wahabi lakukan dapat merusak kedaulatan kerajaan mereka dan tidak memberi manfaat apapun pada negara mereka. 

Ayatullah Sayyid Husein Qazvini:
Pemikiran Wahabi Bukan Hanya Menyimpang Namun Juga Merusak

“Hari ini, barang siapa yang memicu perselisihan antara Sunni dan Syiah, maka itu adalah sebesar-besarnya pengkhianatan pada umat Islam.”

“Generasi muda Syiah harus cerdas dan berilmu, agar tidak ada ruang dan jalan bagi musuh untuk melakukan tipu daya. Jangan sampai pihak musuh memanfaatkan perkataan dan tindakan yang tidak sepantasnya dari kita untuk kemudian dijadikan alasan dan dalih untuk merusak mazhab suci ini. Jika saudara-saudara Ahlus Sunnah menyadari akan bahaya fitnah Wahabi dan tidak memberi ruang bagi mereka untuk mengatasnamakan Islam dan Ahlus Sunnah, pemikiran Wahabi niscaya akan hancur dan punah dengan sendirinya.” Tambahnya lagi.

@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@

Laskar Mujahidin akan pimpin bubarkan acara Syiah Idul Ghadir esok
Jum’at, 20 Zulhijjah 1434 H / 25 Oktober 2013 08:06

JAKARTA (Arrahmah.com) – Dengan kekuatan penuh laskar Majelis Mujahidin akan memimpin pembubaran acara Syiah Idul Ghadir di Jakarta Selatan esok Sabtu (26/10/2013).

Dalam pesan elektroniknya pagi ini, Majelis Mujahidin menyerukan dan mengajak seluruh komponen umat Islam bersatu dengan kekuatan penuh untuk membubarkan acara sesat dan menyesatkan tersebut.

Berikut ajakan bergerak dan bertindak dari Ketua LPW Majelis Mujahidin Jabodetabek, Ustadz Abu Robbani Abdullah  melalui pesan pendek yang diterima arrahmah.com pagi ini Jumat.

“Bismillahirrohmanirrohim. Dari Amir Mujahidin wilayah Jabodetabek Abu Robbani Abdullah, kepada seluruh komandan jihad Ahlussunnah di mana saja berada, dan kepada segenap Ormas Islam dan ummat Islam Ahlussunnah untuk segera berkumpul bersatu dan konsolidasi dalam rangka menolak dan membubarkan acara agama Syiah yang akan mengadakan acara internasional seminar propaganda Syiah dan ritual peringatan hari sesat dan menyesatkan Idul Ghodir di SMESCO jalan Gatotsubroto kav 94 Sabtu 26 Oktober 2013.”

Agar tidak merongrong aqidah dan ibadah umat Islam di kemudian hari, terhadap Syiah Indonesia, time to act, waktunya bertindak.

Korlap Aksi Ustadz Abdullah Robbani 085716825116, atau 08128612689.

(azmuttaqin/arrahmah.com)

– See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/10/25/laskar-mujahidin-pimpin-umat-islam-bubarkan-acara-syiah-idul-ghadir-esok.html#sthash.Eu320R6x.dpuf

Majelis Mujahidin minta pemerintah cabut izin acara Syiah Idul Ghadir

Rabu, 18 Zulhijjah 1434 H / 23 Oktober 2013 14:35

YOGYAKARTA (Arrahmah.comKelompok sesat dan menyesatkan Syiah akan mengadakan acara Idul Ghadir di Jakarta Selatan Sabtu (26/102013).

Majelis Mujahidin meminta agar pemerintah mencabut izin acara tersebut, karena menodai umat Islam Indonesia yang ahlussunah wal jama’ah.

Berikut ini adalah pernyataan sikap resmi Majelis Mujahidin yang diterima redaksi arrahmah.com, siang ini Rabu (23/10/2013).

Pernyataan Sikap Majelis Mujahidin
Mewaspadai Perayaan Idul Ghadir Syi’ah di Indonesia

Ekspansi ideologi transnasional Syiah, yang dilakukan sejak tahun 80-an, mulai menuai hasilnya di Indonesia. Para propagandis Syi’ah berani tampil terbuka, tidak lagi bersembunyi di balik taktik taqiyah. Ketika pemerintah sibuk memberantas terorisme, propagandis Syiah menyelusup dan menguasai basis strategis di pemerintahan, menjadi anggota legislatif, pejabat negara, persis seperti yang dilakukan kader-kader komunis, dan berpura-pura anti terorisme.

Pendekatan kekerasan diganti dengan diplomasi, termasuk mengundang tokoh masyarakat, para pejabat negara untuk berkunjung ke Iran, dan mendirikan Iran Corner di berbagai lembaga perguruan tinggi negeri dan swasta. Mereka menyusup ke basis-basis strategis umat melalui berbagai macam lembaga, ormas keagamaan, MUI, serta memanfaatkan secara optimal potensi negara basis Iran dengan misi deplomasi Kedutaannya di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya dalam rangka memenuhi pesan imam besar mereka Khomeini mengekspor Revolusi Syiah ke Negara-negara Islam.

Untuk tujuan ekspansi ideologi ini pula, pada tanggal 26 Oktober 2013, akan diselenggarakan Idul Ghadir dengan tema: Imam Ali as. Putra Ka’bah Pemersatu Umat, di SMESCO (SME) Convention Hall Jl. Gatot Subroto Kav. 94 Jakarta Selatan. Sudah berulangkali acara seminar Syi’ah di tolak di Makasar, Solo, bahkan belum lama ini terjadi konflik komunal di Sampang, Madura dan Jember Jawa Timur.

Oleh karena itu, guna mengantisipasi konflik komunal antar ormas keagamaan, Majelis Mujahidin menyampaikan sikap berkenaan rencana penyelenggaraan Idul Ghadir sebagai berikut:

  1. Perayaan Idul Ghadir sebagai hari paling agung untuk mendewakan Ali, melebihi Idul Fitri dan Idul Adha, tidak dikenal dalam Islam.
  2. Kegiatan ritual-ritual Syiah yang semarak di Indonesia adalah bentuk ekspansi ideologi Transnasional Syiah yang disusupkan dengan bantuan Keduataan besar Iran di Indonesia, dengan melakukan distorsi terhadap ajaran-ajaran Islam.
  3. Segala aktivitas Syiah di Indonesia membawa misi ekspor revolusi Syiah Iran ke negara-negara muslim, diawali dengan penyusupan  ajaran-ajaran Syiah (intervention), sehingga tatanan Islam menjadi rusak (distruction) yang akhirnya mereka bisa menggalang loyalitas Syiah (sabotage) terhadap penguasa, pejabat, rakyat dan pemerintah Indonesia.
  4. Pemerintah Indonesia agar senantiasa mewaspadai ideologi transnasional Syi’ah demi menjaga stabilitas keamanan serta menjaga keutuhan bangsa dan negara Indonesia dari intervensi asing.
  5. Pemerintah cq. Kepolisian dan pihak terkait supaya mencabut izin acara perayaan Idul Ghadir bertema  “Imam Ali as. Putra Ka’bah Pemersatu Umat” tersebut karena mencederai dan melecehkan Islam dan umatnya serta kewibawaan Negara RI.

Demikian pernyataan ini dibuat agar mendapatkan perhatian Kepolisian serta aparat keamanan terkait.

Yogyakarta, 23 Oktober 2013

Lajnah Tanfidziyah Majelis Mujahidin

                                                                    

Irfan S. Awwas                                                           M. Shabbarin Syakur
        Ketua                                                                             Sekretrais

                                           Menyetujui

                               Amir Majelis Mujahidin
                          Al-Ustadz Muhammad Thalib

(azmuttaqin/arrahmah.com)

– See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/10/23/majelis-mujahidin-pemerintah-cabut-izin-acara-syiah-idul-ghadir.html#sthash.LhSUhyCu.dpuf

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Ustadz Shobbarin Syakur: Idul Ghodir, bukti lagi Syiah bukan Islam

Ormas Syiah IJABI (Ikatan Jama’ah Ahlul Bait Indonesia) hendak mengadakan acara Idul Ghadir di Smesco Jakarta Sabtu (26/10/2013).

Sekretaris Lajnah Tanfidziyah Majelis Mujahidin Ustadz Shobbarin Syakur menjelaskan tentang acara kesesatan Idul Ghadir ini.

“Menurut Syiah Idul Ghadir adalah hari ketika Nabi Muhammad saw menunjuk Ali Radhiyallohu ‘anhu  menjadi khalifah pengganti beliau setelah beliau wafat. Jibril turun menyampaikan wahyu kepada Nabi berkenaan hal ini. Menurut Syiah hari ini yang paling agung melebihi hari Idul Adha, Idul Fitri dan hari Jum’at,” urainya

Atas hal ini lanjut Ustadz Shobbarin, membuktikan bahwa Syiah bukan Islam. “Syi’ah bukan Islam, mereka mengaku Islam untuk mengelabuhi kaum Muslim.”

Padahal di dalam agama Islam hanya mengenal hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Betapa ini menunjukkan Syiah merupakan sekte Yahudi dan bahkan sempalan dari Islampun bukan.

(azmuttaqin/arrahmah.com)

– See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/10/23/ustadz-shobbarin-syakur-idul-ghodir-bukti-syiah-islam.html#sthash.5DA7q1iw.dpuf

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
MIUMI: Mempertanyakan SBY, mengapa acara Syiah Idul Ghadir dibiarkan?

Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) mengencam keras perayaan hari raya besar Syiah yang akan diselenggarakan pada Sabtu (26/10) di Gedung Smeco, Jakarta. Dalam pandangan mayoritas umat Islam Indonesia yang menganut Ahlu Sunnah wal Jamaah, hanya ada dua hari raya besar, yakni Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha.

Sekjen MIUMI Ustadz Bachtiar Nasir menilai perayaan Idul Ghadir sebagai aktivitas kelompok Syiah Indonesia yang berupaya memecah belah umat Islam. Hal itu disebabkan perayaan Idul Ghadir merupakan pelestarian dan perayaan kebencian dan dendam Syiah kepada para sahabat Nabi Muhammad SAW yang terkemuka, yakni Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan.

Perayaan Hari Raya Idul Ghadir ini semakin membuktikan bahwa Syiah memang satu aliran yang secara mendasar berbeda dengan kaum Muslim lainnya. Penolakan dan penistaan kepada para sahabat Nabi yang utama justru dirayakan sebagai ibadah yang agung menjadi Hari Raya tersendiri. Mereka menganggap Idul Ghadir adalah hari raya terbesar yang melebihi keagungan ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha. ‘Idul Ghadir adalah sebuah perayaan atas anggapan mereka mengenai pengangkatan Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu sebagai khalifah di kebun Ghadir Khum.

Menurut pemuka Syiah, Idul Ghadir adalah hari ketika Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam menunjuk Ali bin Abi Thalib menjadi Khalifah penerus kepemimpinan umat setelah wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Yang kata mereka Jibril turun menyampaikan wahyu kepada Nabi berkenaan dengan hal ini, bahkan Idul Ghadir menurut mereka adalah Hari Raya terbesar. (Lihat Idul Ghadir A’zhamul A’yad fil Islam/ Idul Ghadir Hari Raya Terbesar dalam Islam, karangan Sayyid Muhammad Husain Al-Syirazi, hal. 12).

Para ulama dan sejarawan muslim terkemuka mencatat, tradisi selebrasi Idul Ghadir baru dimulai sejak era Daulah Buwaihi menguasai sebagian wilayah Irak di abad ke-4 H. Itu artinya perayaan tersebut tidak pernah dilakukan oleh kaum muslimin di zaman Rasulullah SAW dan para sahabatnya hidup, maupun di era tabi’in dan tabi’ tabi’in yang disebutkan oleh Rasul bahwa mereka adalah 3 periode Islam yang terbaik. “Khairunnasi qorni tsumma al-ladzina yaluunahum tsumma al-ladzina yaluunahum”. Bahkan tidak pula diperingati pada saat AmirulMu’minin Ali bin Abi Thalib ra berkuasa pasca syahidnya Sayidina Utsman bin Affanra.

“Perayaan Hari Raya Idul Ghadir itu memang tidak ada dalilnya dalam Islam,” tegas Prof. Dr. Mohammad Baharum, pakar tentang Syiah dari MUI Pusat.

Itu bisa dipahami bahwa perayaan Idul Ghadir ini adalah suatu rekayasa kelompok Syi’ah. Nabi saw bersabda: “Siapa yang mengada-ada dalam urusan agama kami ini sesuatu yang bukan bagian darinya, maka hal itu tertolak” (HR. Muslim)

Keyakinan adanya pelantikan Ali di Ghadir Khum, telah dibantah oleh seluruh ulama sahabat, tabiin dan generasi setelahnya. Peristiwa itu tidak pernah diriwayatkan di dalam kitab-kitab hadis yang sahih seperti al-Bukhari dan Muslim. Hadis Ghadir Khum “Man kuntu mawlahu fa ‘Aliyyun mawlah” dengan redaksi yang berbeda-beda diriwayatkan oleh Ahmad, Tirmidzi dan Al-Hakim. Menurut para ulama, teks hadis itu sebatas keutamaan Ali dan bukan pengangkatan khalifah sesudah beliau. Teks hadis itu jelasnya bukan kepemimpinan umat (al-wilayah/al-imarah), melainkan kasih sayang dan tolong menolong yang muncul dari dua pihak (al-walayah/al-muwalah yang darinya berasal kata ‘al-waliyyu’ dan ‘al-mawla’ sebagaimana teks hadis, ed.).

Jika teks hadis itu menegaskan (sharih) tentang pelantikan Ali sebagai khalifah setelah Rasulullah, pasti sudah digunakan sebagai dalil dan hujjah oleh Ali bin Abi Thalib saat Rasulullah wafat sebelum pengangkatan Abu Bakr ra sebagai khalifah, atau pada saat musyawarah enam tokoh sahabat setelah wafatnya Amirul Mukminin Umar bin Al-Khattab ra untuk menetapkan khalifah baru, dan juga telah dijadikan dalil oleh Abu Musa Al-Asy’ari ra untuk memantapkan posisi Khalifah Ali pada saat peristiwa Tahkim (arbitrase) antara Khalifah Ali dan Mu’awiyah pasca perang Shiffin. Namun tak ada satu sahabat pun, termasuk Ali yang memahaminya demikian. Sahabat adalah orang yang paling memahami maksud perkataan Rasul dan kemurnian bahasa Arab mereka tidak diragukan lagi. Pemahaman ulama sahabat yang menjadi ijma’ adalah bentukkepastianpetunjuk(Qoth’iyDilalah) dalam memahami Al-Qur’an dan hadits.

Karena sifat ajarannya yang sangat destruktif dan dilandasi dengan semangat kebencian terhadap tokoh-tokoh panutan umat Islam, seperti Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. dan para sahabat Nabi lainnya – sangat aneh jika pemerintah SBY mendukung acara tersebut.  Acara seperti ini jelas memecah belah umat Islam dan menistakan agama Islam.

Sudah sangat gamblang, hari raya umat Islam di Indonesia dan seluruh dunia hanya 2 yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Diluar kedua hari raya itu jelas suatu bid’ah agama yang sesat. Ia bukan hanya merusak akidah umat Islam Indonesia, tetapi juga mengancam keutuhan dan persatuan umat Islam di Indonesia ini yang meyakini dan mengamalkan akidah ahlusunnah wal jama’ah. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat sejak lama telah mengukuhkan hal tersebut dengan menegaskan bahwa mayoritas umat Islam Indonesia adalah penganut paham Sunni (Ahlu Sunnah wal Jama’ah) yang tidak mengakui dan menolak paham Syi’ah secara umum dan ajarannya tentang nikah mut’ah secara khusus (Fatwa Nikah Mut’ah 25 Oktober 1997, lihat Himpunan Fatwa MUI: 376).

(azmuttaqin/miumi/arrahmah.com)

http://www.arrahmah.com/news/2013/10/25/miumi-sby-acara-syiah-idul-ghadir-dibiarkan.html

//

//

//

//

1 responses to “BERANIKAH WAHABI TAKFIRI BERTINDAK ANARKHIS DAN GAGALKAN PERAYAAN EIDUL GHADIR ?

  1. wahabi sangat ambisi menggolkan fatwa mui ttg syiah sesat..kenapa ya tidak ada usulan dari ulama aswaja ke mui untuk membuat fatwa wahabi sesat???

Tinggalkan komentar