Galeri

Din Syamsuddin: Hentikan Provokasi Konflik Sunni – Syiah

Muchus Budi R. – detikNews

1376498_377800992352270_1126103473_nSoloKetua Umum PP Muhammadiyah menilai sejauh ini telah terjadi tindakan membahayakan yang terkesan membesarkan-besarkan perbedaan Sunni dengan Syiah yang berdampak pada konflik umat. Dia berharap negara segera hadir untuk menanganinya dan para ulama segera tampil sebagai penyejuk suasana.

“Jangan dibesar-besarkan, karena sesungguhnya tidak ada apa-apa tapi menjadi membahayakan jika terus diprovokasi. Saya minta negara segera hadir berperan untuk menangani masalah ini. Selain itu juga para ulama harus segera turun tangan,” kata Din kepada wartawan usai menghadiri penganugerahan gelar Doktor (HC) untuk Karni Ilyas di kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta, Sabtu (28/9/2013).

Para ulama dan memimpin umat, kata Din, harus segera tampil sebagai juru damai dengan mengedapankan semangat islah dan kerukunan atar umat. Dengan cara itulah persoalan yang dihadapi umat bisa segera diselesaikan sebelum menjadi besar.

Din juga menolak keras tindakan sebagian golongan yang mengafirkan golongan lain hanya karena berbeda aliran. Menurut Din, selama seseorang telah mengucapkan kalimat syahadat maka orang tersebut adalah seorang muslim yang dijamin keyakinannya itu oleh Allah SWT. Tidak pantas golongan lainnya menghujat dan menuduhnya sebagai seorang kafir.

Lebih lanjut Din Syamsudin, mengatakan bertolak dari dasar teologi paling dasar saja, selama seseorang sudah dengan ikhlas mengucapkan dua kalimat syahadat maka dia telah menjadi seorang muslim. Memang ada perkecualian pada kasus Ahmadiyah karena mereka mengakui ada nabi lain setelah Nabi Muhammad.

“Kalau Syiah ini kan tidak sampai mempertuhankan Ali atau mengangkat Ali sebagai Nabi. Memang dulu pernah berkembang Syiah yang keras dan cenderung sesat, tapi setahu saya tidak berkembang di sini,” papar Din.

“Keberadaan aliran-aliran ini kan jauh setelah Nabi wafat. Zaman Nabi tidak ada aliran seperti itu. Muhammadiyah juga tidak mengikuti Sunni maupun Syiah. Kita Islami. Bahkan kalau kita tilik dari sejarah, banyak pemikir, filsuf, ilmuwan muslim di masa lalu berasal dari kalangan Syiah,” lanjutnya.

http://news.detik.com/read/2013/09/28/145736/2372157/10/din-syamsuddin-hentikan-provokasi-konflik-sunni–syiah

_________________________________________________________________________________________

Din: Muhammadiyah Keberatan Fatwa Sesat Syiah

  • Penulis :
  • Aditya Revianur
  • Jumat, 7 September 2012 | 09:33 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengurus Pusat Muhammadiyah menegaskan keberatannya atas fatwa sesat Syiah yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur. Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsudin mengatakan, fatwa tersebut justru akan memicu tindakan intoleransi yang tidak sesuai dengan semangat Islam.

“Atas dasar apa MUI Jatim mengeluarkan fatwa itu? Baik Sunni maupun Syiah adalah sama-sama Muslim karena masih berada di lingkaran syahadat. Menurut kami, yang mempercayai syahadat itu otomatis Islam, apa pun mazhabnya,” ujar Din, di Gedung PP Muhammadiyah, Jakarta, Kamis (6/9/2012) malam.

Menurutnya, baik Syiah maupun Sunni pasti mempunyai keunggulan dan kekurangan. Kedua hal itu, lanjutnya, harus disikapi dengan mengedepankan rasa saling menghargai dan toleransi satu sama lain. Kemunculan dua mazhab itu, kata Din, setelah Nabi Muhammad SAW sehingga dapat dipandang sebagai pandangan kritis dalam memaknai Islam. Oleh karena itu, menurutnya, hal itu tidak perlu dipertentangkan.

“Hal yang perlu diingat adalah bagimu pendapatmu dan bagiku pendapatku, mari kita bertoleransi,” kata Din.

Ia pun berharap fatwa tersebut dapat dicabut.

Sebelumnya, MUI Jatim tetap pada pendirian tidak akan mencabut fatwa sesat Syiah dengan nomor keputusan 01/SKF-MUI/JTM/I/2012 tentang kesesatan ajaran Syiah di Indonesia. Alasannya, fatwa itu memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang ajaran Syiah. MUI Jatim berdalih fatwa tersebut sebenarnya untuk memperkuat fatwa MUI Pusat tahun 1984. Dalam fatwa itu, MUI menegaskan agar masyarakat mewaspadai aliran Syiah.

MUI Jatim turut berpendapat, seorang presiden pun tidak memiliki kuasa mencabut fatwa kesesatan Syiah.

“Bahkan Presiden pun tidak bisa mencabut fatwa kesesatan Syiah,” tegas Sekretaris MUI Jawa Timur, M Yunus, Kamis (6/9/2012).

http://nasional.kompas.com/read/2012/09/07/09330267/Din.Muhammadiyah.Keberatan.Fatwa.Sesat.Syiah

_________________________________________________________________________________________

Din: Muhammadiyah Keberatan Fatwa Sesat Syiah

  • Penulis :
  • Aditya Revianur
  • Jumat, 7 September 2012 | 09:33 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengurus Pusat Muhammadiyah menegaskan keberatannya atas fatwa sesat Syiah yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur. Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsudin mengatakan, fatwa tersebut justru akan memicu tindakan intoleransi yang tidak sesuai dengan semangat Islam.

“Atas dasar apa MUI Jatim mengeluarkan fatwa itu? Baik Sunni maupun Syiah adalah sama-sama Muslim karena masih berada di lingkaran syahadat. Menurut kami, yang mempercayai syahadat itu otomatis Islam, apa pun mazhabnya,” ujar Din, di Gedung PP Muhammadiyah, Jakarta, Kamis (6/9/2012) malam.

Menurutnya, baik Syiah maupun Sunni pasti mempunyai keunggulan dan kekurangan. Kedua hal itu, lanjutnya, harus disikapi dengan mengedepankan rasa saling menghargai dan toleransi satu sama lain. Kemunculan dua mazhab itu, kata Din, setelah Nabi Muhammad SAW sehingga dapat dipandang sebagai pandangan kritis dalam memaknai Islam. Oleh karena itu, menurutnya, hal itu tidak perlu dipertentangkan.

“Hal yang perlu diingat adalah bagimu pendapatmu dan bagiku pendapatku, mari kita bertoleransi,” kata Din. Ia pun berharap fatwa tersebut segera dicabut.

Sebelumnya, MUI Jatim tetap pada pendirian tidak akan mencabut fatwa sesat Syiah dengan nomor keputusan 01/SKF-MUI/JTM/I/2012 tentang kesesatan ajaran Syiah di Indonesia. Alasannya, fatwa itu memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang ajaran Syiah. MUI Jatim berdalih fatwa tersebut sebenarnya untuk memperkuat fatwa MUI Pusat tahun 1984. Dalam fatwa itu, MUI menegaskan agar masyarakat mewaspadai aliran Syiah.

MUI Jatim turut berpendapat, seorang presiden pun tidak memiliki kuasa mencabut fatwa kesesatan Syiah.

“Bahkan Presiden pun tidak bisa mencabut fatwa kesesatan Syiah,” tegas Sekretaris MUI Jawa Timur, M Yunus, Kamis (6/9/2012).

Editor : Inggried Dwi Wedhaswary

________________________________________________________________________________________

PESAN PROF.PRO.QURAISH SHIHAB TENTANG UKHUWAH ISLAMIYAH

945978_4717777721030_1660495666_nProf.DR.Quraish Shihab ; “Dalam konteks kesepemahaman (Sunnah-Syi’ah) ini kita harus bersatu dalam Aqidah dan ketika kita bersatu dalam aqidah tidak harus rumusannya persis sama tapi yang penting kandungannya sama. Syaikh Muhammad Abduh berkata rukun iman itu yg penting dua yaitu percaya Kepada Allah dan hari kemudian tapi dalam rinciannya dia katakan bahwa kalau saya percaya pada hari kemudian tentu uraian tentang hari kemudian tidak bisa diketahui oleh akal saya dan itu saya ketahui melalui Rosul kalau begitu saya harus percaya Rosul dan Rosul tak mungkin mengungkapkan itu menurut nalarnya pasti ia disampaikan oleh malaikat kalau begitu saya harus percaya pada malaikat dan begitu seterusnya kita tidak terikat dengan rumusan tetapi kita terikat dengan kandungan apa yang dirumuskan itu kita baru sepaham tetapi kalau anda mau persis sama redaksinya itu tidak mungkin…nah kalau kesepamahaman ini sudah terjadi Ukhuwah itu menjadi mudah.”

 

Tinggalkan komentar